Penyebab Kegagalan Mahasiswa Meraih gelar Sarjana
Penyebab kegagalan mahasiswa meraih gelar sarjana dipengaruhi karena banyak faktor. Namun faktor utamanya tentunya berasal dari dalam mahasiswa itu sendiri. Bagaimana seorang mahasiwa tidak mampu untuk menjaga fokus dan tetap berjalan menuju target yang ingin dicapainya dari awal. Setiadaknya ada 9 penyebab kegagalan mahasiswa.
1. Menyalahgunakan Arti Kebebasan
Memasuki dunia kampus menyebabkan kontrol orang tua mulai berkurang. Apalagi mahasiswa yang tidak tinggal lagi bersama orang tua. Kebebasan penuh tentunya mulai dinikmati.
Tidak ada lagi orang tua yang membangunkan pada pagi hari layaknya waktu SMA. Masuk kuliah atau tidak sepnuhnya diputuskan sendiri. Bergaul dengan siapapun sudah menjadi pilihannya. Akibatnya adalah banyak mahasiswa yang salah dalam memilih pergaulan.
Terjebak pada pergaulan yang salah membawa dampak buruk. Mulai penyalahgunaan penggunaan obat terlarang, hamil diluar nikah, dan dampak pergaulan negatif lainnya. Semua itu membuatnya lupa akan tujuan awalnya kuliah.
2. Gensi Yang Terlalu Tinggi
Gensi menjadi penyebab kegagalan di beberapa lini kehidupan, salah satunya kehidupan mahasiswa. Masuk ke dunia kampus mengenal orang dari berbagai karakter, bergaul dengan orang baru dikenal dari berbagai suku, asal daerah, dan juga tingkat perekonomian keluarga. Banyak mahasiswa yang berusaha mempertahankan gensi agar tidak dianggap miskin, kurang gaul dan lain sebagainya.
Berusaha menutupi kekurangan dengan memaksakan keadaan. Ingin mendapatkan barang mewah, barang baru, mulai dari gadget, sepatu, tas, pakaian, dan lain sebagainya. Sementara semua kebutuhan tersebut masih dibiayai orang tua. Jika semua kebutuhan tersebut sudah tidak bisa lagi dibiayai orang tua maka salah satu jalan yang dipilih adalah mengorbankan biaya kuliah.
Akhirnya bisa berdampak pada penunggakan pembayaran SPP, uang praktek, uang ujian dan lain sebagainya. Pada akhirnya tidak dapat mengikuti ujian ataupun mengikuti semester berikutnya.
3. Larut Dalam Aktivitas Organisasi
Organisasi pada dasarnya bertujuan untuk mendukung prestasi akademik. Melalui organisasi karakter ditempa. Namun ternyata banyak mahasiswa yang malah terjebak pada aktivitas organisasi. lebih memilih untuk aktif di organisasi daripada mengikuti perkuliahan.
Dengan alasan mencari jati diri yang sesungguhnya. Meningkatkan pencapaian karir di organisasi sampai lupa pada tujuan awal, kuliah. Padahal dengan adanya organisasi seharusnya mampu membuatnya tampil lebih baik lagi.
4. Lebih Memilih Menekuni Hobi
Banyak juga mahasiswa yang baru merasakan indahnya menjalani hobi pada saat kuliah. Bertemu dengan teman baru yang memiliki hobi yang sama. Bergabung dengan komunitas, mengikuti berbagai kegiatan.
Menekuni hobi memiliki pengaruh yang hampir sama dengan organisasi. Meski tidak upaya pencapaian karir. Namun dengan menjalani hobi seseorang merasa menemukan hidup yang sesungguhnya. Namun ternyata ada tanggung jawab yang terlupakan yaitu harapan orang tua yang ingin melihatnya mendapatkan gelar sarjana.
5. Terbuai Dengan Penghasilan Sendiri
Memilih bekerja sambil kuliah sebenarnya tidak salah. Selain dapat membantu meringankan beban orang tua juga dapat melatih diri dalam menghadapi dunia kerja. Namun jangan sampai ketika sudah mampu memiliki penghasilan sendiri kuliah malah terabaikan.
Seharusnya pekerjaan menjadi alat untuk memudahkan berbagai urusan keuangan di kampus. Jadi, tidak harus menjadi penghalang. Ketika beban kerja mulai mengganggu aktivitas belajar seharusnya itu ditinggalkan terlebih dahulu.
6. Aksi Anarkisme
Kehidupan mahasiswa dan tindakan anarkisme hampir tidak bisa dipisahkan. Berita di media selalu saja mempertontonkan aksi anarkisme mahasiswa. Mulai dari demonstrasi yang berujung kerusuhan sampai tawuran antar kelompok mahasiswa.
Sudah seharusnya arah berpikir keliru tersebut dihentikan. Anarkisme yang diawali dengan emosi sesaat itu sudah tidak layak lagi dipertontonkan. Karena seharusnya mahasiswa tampil dengan kreatifitasnya. Menjadi contoh bahwa kaum intelektual memang layak menjadi agen perubahan.
7. Malas Bimbingan
Ini adalah salah satu penyakit mahasiswa yang dapat merusak kuliah. Malas bimbingan dengan dosen penasehat akademik. Pada sudah seharusnya mahasiswa melakukan konsultasi dengan penasehat akademik karena beliau adalah orang yang ditunjuk untuk menggantikan orang tua.
Maka dari itu permasalahan apapun yang dihadapi terkait masalah akademik sebaiknya disampaikan kepada penasehat akademik. Beliau adalah orang pertama yang akan membantu sampai bisa meraih gelar sarjana. Namun ketika bimbingan saja malas, apalagi meminta bantuan.
8. Malas Masuk Kuliah
Sudah menjadi kewajiban mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan. Namun entah dengan alasan apa seorang mahasiswa bisa malas masuk kuliah. Mulai dari kegiatan titip absen, ijin pada ketua tingkat atau dosen, sampai mahasiswa yang tidak memberi kabar sama sekali.
Sangat beragam yang dilakukan mahasiswa, mulai yang hanya datang ke kampus tapi hanya nongkrong di kantin. Ada yang sibuk main game di game station. Bahkan ada juga yang hanya tertidur di tempat kost karena begadang semalaman. Bahkan orang rajin masuk kuliah saja bisa tidak lulus ujian apalagi yang sudah malas.
9. Salah Pilih Jurusan
Kesalahan fatal yang terjadi adalah karena salah memilih jurusan. Karena kesalahan ini banyak mahasiswa yang berhenti di tengah jalan. Memilih untuk melanjutkan ternyata tidak sesuai dengan keinginan. Faktor lain karena peluang mendapatkan pekerjaan pun menjadi pertimbangan.
Lebih parahnya lagi ketika menghadapi masalah ini tidak dikonsultasikan dengan siapapun. Semua diputuskan sendiri secara mendadak. Pengambilan keputusan dilakukan dengan malas masuk kuliah. Jarang berkonsultasi dengan dosen pemangku mata kuliah dan sampai akhirnya tidak lagi ditemukan di ruang kuliah.
Memilih masuk ke perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa berarti siap mengembang tanggung jawab. Apa yang dimulai harus diselesaikan. Bagaimanapun suksesnya seorang mahasiswa di tempat lain seperti organisasi, komunitas hobi, bisnis, dan lain sebagainya. Ketika tidak dapat mempersembahkan toga wisuda kepada orang tuanya, tetaplah gagal.
Ijasah sarjana mungkin memang bukanlah penentu kesuksesan seseorang. Namun ketika tidak membuat orang tua tersenyum bangga dengan datang ke acara wisuda maka apalah arti kesuksesan di tempat lain. Hanya menjadi pengkhianatan terhadap harapan dan doa orang tua.
Source : https://www.kata.co.id/Kuliah/Penyebab-Kegagalan-Mahasiswa/269